1001 Rasa Sebelum Pedas

Qonita A
3 min readFeb 23, 2021

Makanan Indonesia mencakup seluruh spektrum rasa yang bisa kita bayangkan, pedas, tidak pedas, manis, asam, berempah ini, berempah itu. Perihal pedas dan tidak pedas, menarik memikirkan bahwa makanan Indonesia tidak punya reputasi khusus sebagai makanan pedas. Tentu, tak seperti makanan negara X misalnya yang dominan merah, makanan kita bisa pedas tanpa warna tertentu. Atau yang merah bisa jadi tidak ikut foto-foto, hanya duduk santun di pinggir meja dan menunggu ditumpahruahkan ke piring, hampir setiap kali. Disamping banyaknya makanan Indonesia yang memang tidak pedas, sambal, pun rasa pedas adalah aktor yang cukup dominan dalam jagat cita rasa nusantara, sepengalamanku. Demikian aku yang tidak suka pedas menjadi minoritas di keluarga sendiri tiga kali sehari. Demikian aku yang tidak suka pedas akhirnya dikonversi tanpa ampun oleh seblak dan lumpia basah menjadi penyuka pedas pula, walaupun hanya sampai taraf pedas sedang.

Sambil menulis ini imaji makanan Indonesia yang tidak pedas dan wadah sambal di sampingnya masih menempel di perutku (yakni dimana otak berada, ya kan?). Ada sesuatu tentang makanan yang tetap dapat memenangkan perut pelahapnya dengan dan bahkan tanpa cita rasa semenyolok pedas. Ah terkait hal makan memakan, bukankah sebuah privilese lahir di negara yang demikian subur tanahnya, kreatif lagi tak pelit bumbu juru masaknya? Begitulah walaupun sudah makan pedas, beberapa makanan kesukaanku masih makanan tak pedas, beberapa kadang dimakan dengan sambal, beberapa tidak sama sekali.

Lapis Daging

Merapal resep lapis daging acap membuatku berdebar-debar dengan antisipasi dan banjir air liur. Ini salah satu resep andalan ibu yang aku beri 100. Pertama potong daging sapi tipis-tipis, rendam dengan saus tiram, kecap asin, kecap manis, dan merica. Diamkan hingga meresap. Tumis mentega, bawang puting, dan bawang bombay hingga harum. Masukkan daging, aduk hingga berubah warna, tutup panci dan masak hingga daging empuk. Tambahkan jagung muda (opsional). Hei, kenapa resep tidak termasuk sastra walaupun mereka bisa membangkitkan emosi yang sangat purba?

Soto

Senangnya bisa mencakup 1001 jenis makanan enak cuma dengan menyebut soto. Mengutip seorang pengguna twitter, “I just appreciate the genre”, soto adalah jenis hidangan yang kunikmati. Di samping Soto Bandung, Soto Lamongan, Soto Kudus, dan Soto Surabaya favoritku, tak ada soto yang tidak enak, pun dengan semua perbedaannya. Memerhatikan rentang cakupan soto yang demikian luas, aku pikir mungkin soto, coto, saoto, dan semua variasinya adalah hidangan lauk sekaligus sayur berkuah teman nasi yang berkembang dimana saja di Indonesia, kontras dengan sup yang rasanya adalah pengaruh dari mancanegara. Maka melahap soto memberikan kenyamanan yang akrab, cita rasa yang memaku akarku ke tanah dimana lidahku dibesarkan. Segar, gurih, dan hangat, ditemani kerupuk putih, sate usus goreng, dan teh panas, soto adalah rumah.

Gorengan

Membesarkan diri dengan junk-food, gorengan selalu menjadi tempat kembali kala makananku sudah menjurus terlalu sehat. Barangkali menurunkan kadar air makin menguatkan cita rasa bahan baku, atau memanaskan hingga suhu demikian melepaskan senyawa yang tak muncul dengan cara lain. Barangkali tekstur renyah dan kontrasnya dengan kelembutan ditengah membuat mengunyah menjadi kegiatan mengasyikkan. Kering, basah, manis, asin, semua menjelma diri yang baru dalam minyak panas. Dan lihat mereka di piringku, sahih dan gempita dalam pakaian barunya. Gorengan tak pernah salah.

Ga punya gambar lapis

Ps. Tadinya mau nambahin tumis kangkung tapi konotasi belakangan bikin rada ga selera :/

--

--

Qonita A

Some thoughts to revisit if I got amnesia or something